Makna Keragaman
Keragaman
berasal dari kata ragam. Keragaman menunjukkan adanya banyak macam, banyak
jenis. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu
memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari
sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat. Elly M.stiadi dkk (2006)
Selain
makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok
persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup juga beragam. Masyarakat
sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan,
misalnya dalam ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin,
jenis tempat tinggal. Hal-hal demikian dikatakan sebagai unsur-unsur yang
membentuk keragaman dalam masyarakat. Keragaman individual maupun sosial adalah
implikasi dari kedudukan manusia,baik sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial (Furnivall, 1948)
Keragaman berasal dari kata ragam yang artinya; tingkah laku, macam (
jenis ), lagu ( musik, langgam ), warna ( corak, ragi ), laras (ling, tata
bahasa ).Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam (berjenis-jenis ).
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat
perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama
dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta situasi ekonomi. Usman Pelly (1989)
Keragaman
budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan sebagai modal yang berharga
untuk membangun indonesia Yang multikultural. Namun kondisi ini sangat
berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan
sosial.
Konflik yang terjadi sesungguhnya bukanlah akibat dari keanekaragaman tersebut. Melainkan masalah itu mencul semata-mata karena tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain. Yang dibutuhkan adalah adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip-prinsip kesetaraan atau kesedrajatan antar masyarakat tersebut. Salah satu hal yang penting dalam meningkatkan pemahaman antar budaya dan masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkan penyakit-penyakit budaya. Penyakit budaya ini;lah yang ditengarai dapat memicu konflik antar kelompok masyarakat di indonesia. Penyakit budaya tersebut adalah Etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan scape goating (sutarno,2007).
Konflik yang terjadi sesungguhnya bukanlah akibat dari keanekaragaman tersebut. Melainkan masalah itu mencul semata-mata karena tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain. Yang dibutuhkan adalah adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip-prinsip kesetaraan atau kesedrajatan antar masyarakat tersebut. Salah satu hal yang penting dalam meningkatkan pemahaman antar budaya dan masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkan penyakit-penyakit budaya. Penyakit budaya ini;lah yang ditengarai dapat memicu konflik antar kelompok masyarakat di indonesia. Penyakit budaya tersebut adalah Etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan scape goating (sutarno,2007).
Makna Kesetaraan
Kesetaraan
berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi
atau tidak lebih rendah antara satu sama lain. Kesederajatan berasal dari kata
derajat yang menurut KBBI artinya sama tingkatan, (pangkat, kedudukan). Dengan
demikian konteks kesederajatan disini adalah suatu kondisi di mana dalam
perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang
sama dan satu tingkatan yang hierarki.
Kesetaraan
manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu
sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di hadapan
Tuhan, semua manusia sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang
membedakan adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan. Kesetaraan
atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan kedudukan manusia.
Kesederajatan
adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan
persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.
Kesedrajatan
adalah suatu sikap untuk mengakui adanya persamaan drajad, hak, dan kewajiban
sebagai sesama manusia. Indikator kesederajatan adalah sbb:
a) Adanya persamaan drajad dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan.
b) Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.
c) Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba tuhan, individu, dan anggota masyarakat.
Problema yang terjadi dalam kehidupan umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan drajat, hak, dan kewajiban antar manusia atau antar warga. Perilaku ini biasa disebut deskriminasi.
a) Adanya persamaan drajad dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan.
b) Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.
c) Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba tuhan, individu, dan anggota masyarakat.
Problema yang terjadi dalam kehidupan umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan drajat, hak, dan kewajiban antar manusia atau antar warga. Perilaku ini biasa disebut deskriminasi.
Implikasinya
dalam kehidupan : Di dalam kehidupan bermasyarakat
mempunyai berbagai macam perbedaaan yang sangat mendasar mulai dari cara-cara
hidup maupun cara berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Saat ini lah
keragaman ada, sebagai salah satu bentuk perbedaan antar masing-masing suatu
kelompok yang memiliki ciri khas tersendiri, keragamn individual maupun sosial
menjadi implikasi dari kedudukan manusia baik manusia sebagai makhluk individu
dan sebagi mahkluk sosial. Sementara kesederajatan mempunyai arti dalam
kehidupan bermasyarakat terdapat kesamaan derajat yang kita sama-sama
diciptakan oleh Tuhan, yang membedakan hanya status dari masyarakat itu
sendiri. Kesederajatan mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk bisa hidup
dengan aman dan tenang, namun pada dasarnya kesederajatan mempunyai bisa muncul
sebagai hal yang membahayakan karena menjadikan suatu masyarakat menjadi
mengakui kelompoknya sendiri yang paling berkuasa.
M. Setiadi,
Elly. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana Predana Media Grup
:/Materi kuliah/ISBD/Manusia-Keragaman-Dan-Kesetaraan.htm
makna
kehidupan global dan diskriminasi
Dunia tempat kita hidup sekarang ini sudah menjadi dunia yang global.
Dunia tempat kita hidup telah dikeluarkan dari sekat-sekat geografis, budaya,
waktu. Kehidupan masyarakat dengan budaya yang berbeda-berbeda saling
berinteraksi dan saling belajar tanpa mengenal tempat dan waktu. Singkatnya
kita telah masuk dalam dunia global dimana sekat-sekat perbedaan telah di buka
lebar. Keadaan demikian memerlukan keterbukaan dan toleransi dalam
hidup kita supaya kita dapat menjadi anggota masyarakat global dan dapat
berkontribusi di dalamnya. Keunikan pribadi dan masyarakat kita tetap harus
berkembang bersama dengan keunikan pribadi dan masyarakat yang lain. Tanpa
sikap ini kita akan menjadi orang asing dalam dunia global ini.
Peristiwa-peristiwa yang menunjukkan gejala intoleransi dan
ketertutupan sebuah kelompok masyarakat akhir-akhir ini menjadi berita hangat
dalam televisi. Perbedaan suku, agama, ras telah memicu terjadinya konflik yang
berkepanjangan. Ternyata hidup dalam keberagaman tidaklah mudah. Sikap saling
menerima dan saling menghormati tidak mudah dalam kehidupan masyarakat yang tak
dilatih terbuka dan menerima keberbedaan. Setiap kelompok atau individu
mengklaim bahwa miliknya menjadi satu-satunya yang benar dan perlu diterima
sementara kelompok lain salah dan harus tunduk. Inilah gejala-gejala
ketidakmampuan masyarakat kita dalam menghidupi tantangan dunia global di mana
dibutuhkan keterbukaan dan toleransi dalam hidup bersama.
Dunia global menuntut kita membuka diri terhadap perbedaan dan
keberagaman dari kelompok dan masyarakat lain. Dalam era pergaulan yang terbuka
ini, keterbukaan terhadap keberagaman menjadi syarat pokok agar kita dapat
masuk dan berpartisipasi dalam dunia global tanpa kita kehilangan kekhasan dan
nilai-nilai kehidupan kita sendiri. Kiranya ini menjadi salah satu sikap yang
perlu kita latih dalam diri kita sendiri dan juga terutama dalam generasi muda
anak-anak kita. Bagaimana sikap terbuka terhadap perbedaan dilatihkan dalam
kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat kita, itu menjadi tantangan kita.
Toleransi juga diperlukan agar kita mampu memberikan ruang bagi orang
lain tumbuh dalam keberbedaan. Tak perlu orang menjadi seragam dan atau
mengikuti semua aturan dan kebiasaan hidup kita. Mereka semua memiliki hak
untuk hidup dan mengekspresikan diri secara bebas tanpa harus mengganggu
kebebasan orang lain dengan tetap mengingat kesepakatan hidup bersama.
Perasaan serta luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang
dinamakan etnocentrisme, anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu,
sedikit banyak akan mempunyai kecenderungan untuk menganggap bahwa segala
sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kelompoknya sendiri sebagai
sesuatu yang terbai apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok
lainnya. Kecenderungan tadi disebut etnocentrisme, yaitu suatu sikap untuk
menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran
kebudayaan sendiri. Di dalam proses tersebut sering kali digunakan steriotpe,
yakni gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengajak terhadap objek
suatu objek tertentu. (Polak, 1996)
Implikasinya dalam kehidupan bermasyarakat
:
Kehidupan global mempunyai artian yang sangat luas, dimana kehidupan
ini menjadi patokan sebagai jalan untuk kedepannya dalam mengembangkan
kehidupan yang selanjutnya, kehidupan global mengacu pada kearah perubahan yang
bersifat modern sesuai dengan jaman yang berlaku pada saat sekarang.
Dalam hal ini perlu adanya sikap toleransi dan keterbukaan antar sesama
masyarakat yang ada, sikap ini yang dapat memunculkan saling menghargai dan
saling menghormati antar sesama masyarakat yang ada di dalamnya, dan juga
menuntut kita untuk bisa mengakui adanya persamaan dan keberagaman yang kokoh,
keterbukaan sebagai syarat pokok yang menjadikan kehidupan global tidak akan
menjurus kejalan yang negatif.
Namun kenyataan yang ada di kehidupan yang modern inilah terdapat
kejadian-kejadian yang berdampak negatif dari setiap kelompok yang
menjalaninya, salah satunya adalah diskriminasi yang mana merupakan salah satu
akibat dari kehidupan global, sikap diskriminasi ini terjadi karena adanya
kekuatan egoisme dalam suatu kelompok masyarakat yang merendah-rendahkan
kelompok lainnya dan menyatakan bahwa kelompoknya lah yang paling tinggi
derajatnya, terdapat perbedaan keyakinan dalam rangka mendapatkan hak dan
kewajiban yang sama dan lainya.
Inilah yang merupakan hubungan antara kehidupan global dan diskriminasi
yang mana terdapat dampak yang negatif dan hal yang positif bagi setiap
masyarakat yang menjalaninya dalm kehidupan. Dalam hal ini kita sebagai
masyarakat yang bercirikan makhluk sosial mempunyai rasa yang sama yaitu
kesederajatan atau tingkatan yang sama bahwa kita sama-sam diciptakan oleh
Tuhan YME walaupun berbeda dalm pendapat tetapi ini merupakan keragaman yang
berarti mempunyai macam-macam ciri khas.
M. Setiadi,
Elly. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana Predana Media Grup
Baswori,2005.Pengantar Sosiologi,Bogor: Ghalia
Indonesia.
maksud
IPTEK dan lingkungan dari berbagai sumber.
IPTEK : Menurut Iskandar Alisyahbana (1980) Teknologi telah dikenal manusia sejak
jutaan tahun yang lalu karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih
makmur dan lebih sejahtera. Jadi sejak awal peradaban sebenarnya telah ada
teknologi, meskipun istilah “teknologi belum digunakan. Istilah “teknologi”
berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau pengetahuan.
Jadi secara harfiah teknologi dapat
diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya
adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan
akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat
lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Jaques
Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai” keseluruhan metode yang
secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang
kegiatan manusia.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendatangkan kemakmuran materi. Adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan cabang ilmu pengetahuan
baru antara lain : teknologi modern, teknologi hutan dan sebagainya.
Pengetahuan dan
teknologi memungkinkan terjadinya perkembangan keterampilan dan kecerdasan
manusia. Hal ini karena dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menungkinkan :
1. Tersedianya
sarana dan prasarana penunjang kegiatan ilmiah.
2. Meningkatkan
kemakmuran materi dan kesehatan masyarakatnya.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi bergerak sangat cepat, sehingga perlu ditanggapi
dan dipersiapkan dalam menghadapinya sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Dalam
menghadapi era teknologi modern dan industrialisasi, maka dituntut adanya
keahlian untuk menggunakan, mengelola, dan senantiasa menyesuaikan denga
teknologi-teknologi dan ilmu pengetahuan yang baru. Teknologi mempunyai dua
komponen utama :
· Hardware
aspect, meliputi peralatan yang memberikan bentuk pola teknologi sebagai objek
fisikal atau material.
· Software
aspect, meliputi sumber informasi yang memberikan penjelasan mengenai hal-hal
peralatan fisik atau material tersebut.
Lingkungan
hidup
· Emil Salim : Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan
dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal
yang hidup termasuk kehidupan manusia
· Otto Soemarwoto (Salah seorang ahli ilmu lingkungan) mengemukakan bahwa
dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Selanjutnya
dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada
pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya.
Contoh, pada hewan seperti kucing, segala sesuatu di sekeliling kucing dan
berpengaruh pada keberlangsungan hidup kucing tersebut maka itulah lingkungan
hidupnya. Demikian pula pada suatu jenis tumbuhan tertentu, misalnya pohon mangga
atau padi di sawah, segala sesuatu yang mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan
tanaman tersebut itulah ling kungan hidupnya.
Dalam
setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi,
yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan
beserta isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah
dan memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia.
Sains
dan tekhnologi dapat berkembang melalui kreativitas penemuan (discovery),
penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa. Kegunaan
nyata IPTEK bagi manusia sangat tergantung dari nilai, moral, norma dan hukum
yang mendasarinya. IPTEK tanpa nilai sangat berbahaya dan manusia tanpa IPTEK
mencermikan keterbelakangan.
Secara
alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai pelaku dan
sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap
lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya
sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu memelihara
lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan.
Bagaimana manusia mensikapi dan mengelola lingkungannya pada akhirnya akan
mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan.
Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan beserta isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah dan memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Sains dan tekhnologi dapat berkembang melalui kreativitas penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa. Kegunaan nyata IPTEK bagi manusia sangat tergantung dari nilai, moral, norma dan hukum yang mendasarinya. IPTEK tanpa nilai sangat berbahaya dan manusia tanpa IPTEK mencermikan keterbelakangan.
Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan beserta isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah dan memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Sains dan tekhnologi dapat berkembang melalui kreativitas penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa. Kegunaan nyata IPTEK bagi manusia sangat tergantung dari nilai, moral, norma dan hukum yang mendasarinya. IPTEK tanpa nilai sangat berbahaya dan manusia tanpa IPTEK mencermikan keterbelakangan.
Implikasinya
dalam kehidupan sehari-hari :
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan suatu hal yang selalu dibicarakan dalam
setiap masyarakat yang menginginkan akan kemajuan negara nya atau wilayahnya,
IPTEK berkembang terus menerus tanpa henti dimana dalam penerapannya adalah
bagian dari hasil kebudayaan yang diciptakan oleh setiap masyarakat yang
mempunyai keahlian yang lebih.
Namun
dalam penerapannya ilmu pengetahuan dan teknologi harus melihat situasi dan
kondisi yang pas untuk mengembangkannya, dalam artian untuk bisa membuat atau
menemukan keahlian yang baru harus melihat dari sisi lingkungan yang ada, apakah
cocok dengan lingkungannya dan dapat diterima oleh masyarakat sekitar, jika
dapat diterima oleh masyarakat atau orang-orang yang ada disana, maka akan
mempermudah dalam pengembangan atau pembuatan suatu pemenuan yang dapat
menghasilkan manfaat bagi dirinya yang membuat serta bagi oarng banyak.
http://el-fayyaza.blogspot.com/2009/01/isbd.html
M. Setiadi,
Elly. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana Predana Media Grup
Budiwati,
Yuliana. 2006. Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: Universitas Terbuka
makna diskriminasi dan
etnosentrisme !
Diskriminasi adalah
setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok
orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, dan
kelas ekonomi sosial, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia orientasi
seksual, pandangan ideologi dan politik, serta batas negara, dan kebangsaan
seseorang.
Diskriminatif
merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya
diketahui oleh diri individu masing-masing. Diskriminasi
menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka
dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yagn
mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang
diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatof
tanpa latar belakang prasangka. Demikian jgua sebaliknya seseorang yang
berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1.
berlatar belakang sejarah
2.
dilatar-belakangi oleh
perkembangan sosio-kultural dan situasional
3.
bersumber dari factor kepribadian
4.
berlatang belakang perbedaan
keyakinan, kepercayaan dan agama
Diskriminasi
merupakan tindakan yang melanggar HAM. Dantidak sesuai dengan nilai-nilai dasar
kemanusiaan. Program Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009
memasukkan program penghapusan deskriminasi dalam berbagai bentuk sebagai
program pembangunan bangsa.
Menurut Matsumoto (1996) etnosentrisme adalah
kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri.
Berdasarkan definisi ini etnosentrisme tidak selalu negatif sebagimana umumnya
dipahami. Etnosentrisme dalam hal tertentu juga merupakan sesuatu yang positif.
Tidak seperti anggapan umum yang mengatakan bahwa etnosentrisme merupakan
sesuatu yang semata-mata buruk, etnosentrisme juga merupakan sesuatu yang
fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari kekuasaan dan
kekayaan. Pada saat konflik, etnosentrisme benar-benar bermanfaat. Dengan
adanya etnosentrisme, kelompok yang terlibat konflik dengan kelompok lain akan
saling dukung satu sama lain.
Menurut
Sumner (1906), manusia pada dasarnya
seorang yang individualis yang cenderung mengikuti naluri biologis mementingkan
diri sendiri sehingga menghasilkan hubungan di antara manusia yang bersifat antagonistic
(pertentangan yang menceraiberaikan). Agar pertentangan dapat dicegah maka
perlu adanya folkways yang bersumber pada pola-pola tertentu.
Pola-pola
itu merupakan kebiasaan (habits), lama-kelamaan, menjadi adat istiadat
(customs), kemudian menjadi norma-norma susila (mores),
akhirnya menjadi hukum (laws). Kerjasama antarindividu dalam
masyarakat pada umumnya bersifat antagonictic cooperation (kerjasama
antarpihak yang berprinsip pertentangan). Akibatnya, manusia mementingkan
kelompok dan dirinya atau orang lain. Lahirlah rasa ingroups atau we
groups yang berlawanan dengan rasa outgroups atau they groups
yang bermuara pada sikap etnosentris.
Sumner dalam Veeger (1990)
sendiri yang memberikan istilah etnosentris. Dengan sikap itu, maka setiap
kelompok merasa folkwaysnya yang paling unggul dan benar. Seperti yang dikutip
oleh LeVine, dkk (1972), teori
etnosentrisme Sumner mempunyai tiga segi, yaitu: (1) sejumlah masyarakat
memiliki sejumlah ciri kehidupan sosial yang dapat dihipotesiskan sebagai
sindrom, (2) sindrom-sindrom etnosentrisme secara fungsional berhubungan dengan
susunan dan keberadaan kelompok serta persaingan antarkelompok, dan (3) adanya
generalisasi bahwa semua kelompok menunjukkan sindrom tersebut. Ia menyebutkan
sindrom itu seperti: kelompok intra yang aman (ingroups) sementara
kelompok lain (outgroups) diremehkan atau malah tidak aman.
Zatrow (1989) menyebutkan bahwa
setiap kelompok etnik memiliki keterikatan etnik yang tinggi melalui sikap
etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan suatu kecenderungan untuk memandang
norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang absolute dan
digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua
kebudayaan yang lain. Sehingga etnosentrisme memunculkan sikap prasangka dan
streotip negatif terhadap etnik atau kelompok lain.
Komunikasi
antarbudaya dapat dijelaskan dengan teori etnosentrisme seperti diungkapkan
oleh Samovar dan Porter (1976).
Katanya, ada banyak variable yang mempengaruhi efektivitas komunikasi
antarbuadaya, salah satunya adalah sikap. Sikap mempengaruhi komunikasi
antarbuadaya, misalnya terlihat dalam etnosentrisme , pandangan hidup ,
nilai-nilai yang absolute, prasangka, dan streotip.
Menurut Sumner (dalam Lubis, 1999), manusia
pada dasarnya adalah seorang individualistik yang cenderung mengikuti naluri
biologi untuk mementingkan diri sendiri, sehingga menghasilkan hubungan di
antara manusia yang bersifat antagonistik (pertentangan). Kerjasama antara
individu dalam masyarakat umumnya bersifat antagonistic cooperation.
Akibatnya manusia mementingkan diri dan kelompoknya sendiri karena menganggap folkways
nya lebih baik dari pada orang atau kelompok lain. Lahirlah rasa in
group atau we groups yang berlawanan dengan rasa out group
yang bermuara pada etnosentrisme. Individu menilai kelompok lain
berdasarkan pada budayanya, khususnya dalam hal bahasa, perilaku, adat, dan
agama. Sikap in group pada umumnya mempunyai faktor simpati dan
solidaritas yang tinggi, serta selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota
kelompoknya. Sedangkan sikap terhadap out group selalu ditandai dengan
antagonisme dan antipati. Perasaan in group dan out group merupakan
suatu dasar sikap yang oleh JBAF Mayor Polak disebut sebagai etnosentrisme (Hariyono, 1993). Menurut Harris (1985),
etnosentrisme merupakan kecenderungan bahwa individu menganggap kelompoknya
lebih baik dibandingkan kelompok lain yang dianggap liar, inhuman,
menjijikkan bakan tidak rasional. Pandangan di atas walaupun dijelaskan secara
antropologis tapi cukup menjelaskan adanya in group dan out group. Dari
sudut pandang Psikologi Sosial, etnosentrisme dapat dijelaskan oleh beberapa
ahli yang akan muncul berikut ini: Menurut Coleman
dan Cressey (1984) orang yang berasal dari suatu kelompok etnis cenderung
melihat budaya mereka sebagai yang terbaik. Kecenderungan ini disebut sebagai
etnosentrisme, yaitu kecenderungan untuk memandang norma dan nilai yang dianut
seseorang sebagai hal yang mutlak dan digunakan sebagai standar untuk menilai
dan mengukur budaya lain. Zastrow (dalam
Lubis, 1999) mengatakan bahwa setiap kelompok etnis memiliki keterikatan
etnis yang tinggi melalui etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan suatu
kecenderungan untuk memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya
sebagai suatu yang mutlak dan digunakan sebagai standar untuk mengukur dan
bertindak terhadap semua kebudayaan yang lain. Etnosentrisme membimbing para
anggota kelompok untuk memandang kebudayaan mereka sebagai yang terbaik,
terunggul daripada kebudayaan lainnya. Etnosentrisme juga menyebabkan prasangka
yang memandang kelompok lain sebagai orang barbar, kafir, dan tidak mempunyai
peradaban. Levine dan Campbell (dalam
Scott, 1998) mendefinisikan etnosentrisme sebagai sikap atau pandangan
dimana nilai-nilai yang berasal dari budaya sendiri digunakan untuk menilai
budaya lain yang memiliki nilai-nilai yang berbeda. Individu menilai budayanya
secara objektif dan secara otomatis menggunakannya untuk memandang budaya lain
salah, inferior atau tidak bermoral. Taylor,
Peplau dan Sears (2000) menyatakan bahwa etnosentrisme mengacu pada suatu
kepercayaan bahwa in group nya lebih baik atau superior dari pada out
group. Hal ini dapat mempengaruhi evaluasi yang dilakukan anggota kelompok
tersebut sebagai individu. Hogg (2003)
menambahkan bahwa etnosentrisme melibatkan atribusi internal dan eksternal.
Individu yang etnosentris akan menilai hal-hal positif pada in group dan
hal-hal negatif pada out group secara internal. Sebaliknya, hal-hal
negatif pada in group dan hal-hal positif pada out group akan
diatribusi secara eksternal.
Dari beberapa
definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa etnosentrisme adalah kecenderungan
untuk memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang
terbaik dan digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap
semua kebudayaan lain. Etnosentrisme ini melibatkan atribusi internal dan
eksternal yang menciptakan jurang pemisah dengan kebudayaan lain, sehingga
tidak memungkinkan terjadinya komunikasi dan kontak sosial yang harmonis.
Imlpikasinya
terhadap kelompok-kelompok masyarakat:
Seperti
yang kita tahu diskriminasi dan etnosentrime merupakan suatu hal yang dapat
dikatakan sebagai suatu yang berdampak negatif bagi kelompok-kelompok
masyarakat yang menjalani, ada saja yang hal yang terjadi untuk dapat
menyebabkan diskriminasi dan etnosentrisme, seperti diskriminasi, tindakan ini
dapat terjadi karena adanya tingkatan yang berbeda baik itu si kaya atau pun si
miskin dan lainnya. Etnosentrisme memiliki artian yang mana mereka mengakui
kelompok mereka lebih baik daripada kelompok lainnya, hal ini biasanya
merupakan sesuatu yang dapat memicu terjadinya konflik antar kelompok. Dan hal
ini dapat mempengaruhi kehidupan antar kelompok masyarakat, terjadinya
kesenjangan sosial yang berakibat kemiskinan, pekelahian dimana-mana, tingkat
kriminalitas yang tinggi, kurangnya kesadaran terhadap lingkungan karena lebih
mementingkan kelompok sendiri.
Namun
dari semua dampak negatif seperti yang diutara di atas, ada juga dampak
positifnya yang dapat kita ambil. Dengan adanya etnosentrisme dan diskriminasi,
maka kita sebagai warga negara yang kuat memilki perbedaan berbagai macam,
harus ingat kembali bahwa kita satu persatuan dan memilki hubungan yang erat
antar sesama, memilki cita-cita bersama membangung negeri ini, kita satu
wilayah yaitu negara Indonesia, yang terpenting adanya semangat perjuangan yang
tinggi.
Effendy, Onong Uchjana.
(1992). Spektrum Komunikasi. Bandung: Penerbit Mandar Maju
Littlejohn, Stephen W.
(2002). Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Group